Pada 2005, USAID memulai program yang mengubah koperasi kopi Baitul Qiradh Baburrayyan di Dataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh menjadi produsen dan eksportir kopi premium yang sukses.
Selama beberapa dekade, konflik separatis di Aceh menyulitkan para petani kopi di wilayah Dataran Tinggi Gayo untuk memasarkan hasil kopi mereka. Pada 26 Desember 2004, tsunami Samudera Hindia menerjang Aceh, menyebabkan kerusakan besar di wilayah pesisir. Tsunami yang menewaskan lebih dari 160.000 orang di Aceh mendesak dilakukannya perundingan perdamaian. Bencana ini menjadi katalisator untuk mengakhiri konflik dan membuka pintu bagi pembaharuan ekonomi lokal.
Sebagai bagian dari bantuan bernilai sekitar 400 juta dolar AS dari Pemerintah Amerika Serikat untuk pemulihan bencana di Indonesia, USAID bermitra dengan National Cooperative Business Association (NCBA) yang berbasis di AS untuk mendukung pengembangan koperasi Baburrayyan. Bersama-sama, USAID dan NCBA melatih lebih dari 7.000 petani tentang produksi kopi organik dan praktik pertanian berkelanjutan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan memenuhi permintaan pasar. Untuk mempermudah upaya penanaman kembali, USAID mendistribusikan lebih dari enam juta bibit pohon kopi. Bantuan ini memberikan sumber daya yang diperlukan petani untuk menanami kembali kebun mereka.
Dengan bekal praktik pertanian dan bisnis yang lebih baik, para petani mampu melewati proses audit yang ketat untuk memenuhi syarat sertifikasi organik dan Fairtrade. Berkat keterampilan dan pengetahuan baru, para petani koperasi mampu menjual biji kopi ke luar negeri dengan harga premium. Melalui kemitraan dengan pembeli internasional seperti Starbucks yang membeli sekitar 85 persen kopi dari Baburrayyan, Kopi Gayo kini dikenal ke seluruh dunia karena kualitasnya.
“Kopi Gayo kini menjadi ciri khas daerah kami. Pendapatan dari hampir merata di masyarakat,” kata Rizwan Husin, ketua koperasi Baburrayyan. “Banyak sekali orang mencari kopi ke sini. Itu perubahan yang luar biasa”.
Sejak bantuan USAID dimulai, ekspor dari Baburrayyan semakin meningkat, dari sekitar empat kontainer kopi per tahun menjadi hampir 100 kontainer, menghasilkan pendapatan lebih dari 20 juta dolar AS pada 2022-2023.
Perkembangan Baburrayyan dari produsen kopi kecil menjadi eksportir global menggambarkan dampak jangka panjang dukungan USAID pasca tsunami terhadap penghidupan masyarakat di Aceh. Saat ini, kopi Gayo menjadi simbol pemulihan dan ketangguhan.